ads
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Vitamin merupakan substansi yang dibutuhkan tubuh untuk
tumbuh dan berkembang secara normal. Vitamin biasanya tidak bisa diproduksi
oleh tubuh, sehingga harus mendapat asupan dari luar. Vitamin memiliki peranan
spesifik di dalam tubuh dan dapat memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar
senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit.Tubuh hanya
memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan
maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya
tidak dapat digantikan oleh senyawa lain (Anonim, 2011).
Vitamin merupakan komponen organik yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah
sedikit. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan
kehidupan. Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolis, energi,
pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai
bagian dari enzim. Kontribusi suatu
jenis makanan terhadap kandungan vitamin makanan sehari-hari bergantung pada
jumlah vitamin yang semula tedapat dalam makanan tersebut, jumlah yang rusak
pada saat panen atau penyembelihan, penyimpanan, pemrosesan dan pemasakan
(Almatsier, Tanpa tahun).
Atas
dasar kelarutannya, vitamin dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.
Vitamin
larut dalam lemak (A, D, E, K), dan
2.
Vitamin
larut dalam air (B dan C).
Vitamin yang larut dalam air, jika jumlahnya
berlebihan tidak membahayakan karena kelebihan vitamin akan dikeluarkan melalui
urine. Tetapi bila vitamin yang larut dalam lemak jumlahnya berlebihan, tidak
dapat dikeluarkan melalui urine tetapi disimpan dalam sel-sel adiposa dan dapat
menyebabkan gangguan fungsi tubuh.
1.2 Tujuan
Tujuan
pembutan makalh ini adalah untuk memberikan informasi tentang beberapa hal yang
berkaitan dengan vitamin, baik yang larut dalam air maupun yang larut dalam
lemak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara garis besar, vitamin dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan
vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air,
yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat
larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam
jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan
dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis
vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis
vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh.
Jenis vitamin berdasarkan kelarutannya ada
dua macam, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam
lemak. Vitamin yang larut dalam air hanya ada dua yaitu Vitamin B dan C.
Sedangkan vitamin A, D, E, dan K merupakan vitamin larut dalam lemak. Cara kerja vitamin yang larut dalam lemak dan yang larut dalam
air berbeda. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan
adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan
diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat
disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat
bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh. Berbeda dengan vitamin yang
larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah
sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu
bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam
aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan,
vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah,
tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus (Anonim, 2010).
Vitamin yang terkandung di dalam susu sapi diantaranya vitamin A 130 SI,
vitamin B1 0,3 mg/100 gr, dan vitamin C 1mg/100 gr (Suharyanto, 2009).
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam
lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit
dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan
dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan
beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan
segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah, tubuh membutuhkan
asupan vitamin larut air secara terus-menerus.
Vitamin merupakan
nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk berbagai fungsi
biokimiawi dan yang umumnya tidak disintesis oleh tubuh sehingga harus dipasok
dari makanan. Vitamin yang pertama kali ditemukan adalah vitamin A dan B , dan
ternyata masing-masing larut dalam lemak dan larut dalam air.Kemudian ditemukan
lagi vitamin-vitamin yang lain yang juga bersifat larut dalam lemak atau larut
dalam air.Sifat larut dalam lemak atau larut dalam air dipakai sebagai dasar
klasifikasi vitamin.Vitamin yang larut dalam air ,seluruhnya diberi symbol
anggota B kompleks ( kecuali vitamin C ) dan vitamin larut dalam lemak yang
baru ditemukan diberi symbol menurut abjad (vitamin A,D,E,K ).Vitamin yang
larut dalam air tidak pernah dalam keadaan toksisitas di dalam tubuh karena
kelebihan vitamin ini akan dikeluarkan melalui urin (Rusdiana, 2004).
Jenis vitamin berdasarkan kelarutannya ada
dua macam, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam
lemak. Vitamin yang larut dalam air hanya ada dua yaitu Vitamin B dan C.
Sedangkan vitamin A, D, E, dan K, mereka larut dalam lemak. (Anonim, 2010)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Vitamin A
Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol,
merupakan vitamin yang berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik,
terutama di malam hari, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di
retina. Vitamin A berguna untuk penglihatan, melindungi kulit dan lapisan
mukosa (mulut, hidung dan sistem pencernaan). Vitamin A dikenal sebagai vitamin
yang sangat dibutukkan tubuh dan mutlak harus dipenuhi melalui makanan. Pada
umunnya vitamin A dikonsumsi dalam bentuk pre form vitamin A dan pro vitamin A.
Di Indonesia 80% konsumsi vitamin A berasal dari karoten dan 20% dari makanan
hewani maupun pre form vitamin A. Vitamin A beredar dalam darah dan disimpan dalam
hati. Berdasarkan hasil percobaan, klinis pada manusia dan hewan menunjukkan
bahwa vitamin A diperlukan untuk pemeliharaan dan fungsi normal sistem
kekebalan dan jaringan epitel.
3.1.1 Fungsi Vitamin A
Secara garis besar, fungsi vitamin A adalah
sebagai berikut:
1.
Proses penglihatan. Vitamin A dalam bentuk
retinal akan bergabung dengan opsin (suatu protein) membentuk rhodopsin, yang
merupakan pigmen penglihatan. Adanya rhodopsin itulah yang memungkinkan kita
dapat melihat. Rendahnya konsumsi menyebabkan menurunnya simpanan vitamin A di
dalam hati dan kadarnya di dalam darah. Akibat lebih lanjut adalah berkurangnya
vitamin A yang tersedia untuk retina.
2.
Mengatur sistem kekebalan tubuh (imunitas).
Sistem kekebalan membantu mencegah atau melawan infeksi dengan cara membuat sel
darah putih yang dapat menghancurkan berbagai bakteri dan virus berbahaya.
Vitamin A dapat membantu limfosit (salah satu tipe sel darah putih) untuk
berfungsi lebih efektif dalam melawan infeksi.
3.
Mencegah kebutaan. Defisiensi vitamin A
menyebabkan kelenjar tidak mampu mengeluarkan air mata, sehingga film yang
menutupi kornea mengering. Selanjutnya kornea mengalami keratinisasi dan
pengelupasan, sehingga menjadi pecah. Infeksi tersebut menyebabkan mata
mengeluarkan nanah dan darah. Dampak lebih lanjut adalah munculnya titik bitot
(putih pada bagian hitam mata) serta terjadi gangguan yang disebut xerosis
conjunctiva, xerophthalmia, dan buta permanen.
4.
Menangkal radikal bebas. Vitamin A dan
betakaroten terbukti merupakan antioksidan yang dapat melindungi sel dari
serangan radikal bebas untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit kronis,
seperti jantung dan kanker.
5.
Memicu pertumbuhan. Defisiensi vitamin A
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan karena gangguan pada sintesis protein.
Gejala ini sering tampak pada anak balita. Penelitian pada hewan percobaan
menunjukkan bahwa proses pertumbuhan akan terhenti jika kebutuhan vitamin A
tidak terpenuhi.
6.
Memelihara kesehatan sel-sel epitel pada
saluran pernapasan. Defisiensi atau kekurangan vitamin A menyebabkan sel-sel
epitel tidak mampu mengeluarkan mucus (lendir) dan membentuk cilia (semacam
rambut) untuk mencegah akumulasi bahan asing pada permukaan sel. Karena itu,
defisiensi vitamin A dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas
(ISPA).
7.
Membentuk dan memelihara pertumbuhan tulang
dan gigi. Defisiensi vitamin A terbukti dapat menghambat pemanjangan tulang dan
terbentuknya gigi yang sehat. Karena itu, kecukupan konsumsi vitamin A sangat
penting diperhatikan untuk anak-anak yang sedang mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan.
8.
Memelihara kesehatan kulit dan rambut.
Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan kulit dan rambut menjadi kasar dan
kering.
9.
Mendukung proses reproduksi. Vitamin A
diperlukan dalam produktivitas hormon steroid (hormon seks) dan proses
spermatogenesis (pembentukan sel sperma) yang sangat vital dalam proses
pembuahan sel telur untuk menghasilkan keturunan. Karena itu, defisiensi
vitamin A menyebabkan kemandulan. (Anonim, 2008).
3.1.2 Sumber Vitamin A
Sumber vitamin A dapat dibedakan atas preformed vitamin A
(vitamin A bentuk jadi) dan provitamin A (bahan baku vitamin A). Vitamin A
bentuk jadi atau retinol bersumber dari pangan hewani, seperti daging, susu dan
olahannya (mentega dan keju), kuning telur, hati ternak dan ikan, minyak ikan
(cod, halibut, hiu). Provitamin A atau korotenoid umumnya bersumber pada
sayuran berdaun hijau gelap (bayam, singkong, sawi hijau), wortel, waluh (labu
parang), ubi jalar kuning atau merah, buah-buahan berwarna kuning (pepaya,
mangga, apricot, peach), serta minyak sawit merah. Betakaroten merupakan
provitamin A yang paling efektif diubah oleh tubuh menjadi retinol (bentuk
aktif vitamin A). Karotenoid lainnya, seperti lycopene (tomat dan semangka),
xanthopyl (kuning telur dan jagung), zeaxanthin (jagung), serta lutein,
walaupun memiliki aktivitas untuk peningkatan kesehatan, bukan merupakan sumber
vitamin A. (Anonim, 2008).
Vitamin A adalah salah satu
zat gizi esensial yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Untuk
memperolehnya harus di ambil dari sumber diluar tubuh terutama dari sumber
alam, seperti bahan sereal, umbi, biji-bijian, sayuran, buah-buahan, hewani dan
bahan-bahan olahan lainnya.
3.1.3
Kebutuhan Vitamin A
Kebutuhan vitamin perhari adalah 5,000 IU (IU =
International unit, satuan utk vitamin & mineral). Lebih baik konsumsi
vitamin sedikit-sedikit dengan selang waktu 4-6 jam, hingga mencapai total
dosis kebutuhan vitamin sehari. Contoh: Wanita 60th, memiliki kebutuhan
vitamin 1000mg per hari. Sebaiknya ia mengkonsumsi 250mg pagi, 250mg siang,
250mg sore, dan 250mg malam sebelum tidur (Arta, 2008).
3.1.4 Defisiensi Vitamin A
Defisiensi
vitamin A dapat terjadi karena jumlah vitamin A dalam diet tidak mencukupi,
suatu penyakit yang mengakibatkan absorpsi vitamin A kurang baik, atau
perubahan karoten menjadi vitamin A terganggu. Pengaruh defisiensi yang ringan
disebut hipovitaminasis dan umumnya tidak menunjukkan gejala-gejala klinis.
Pada defisiensi berat, tubuh mudah terkena infeksi dan infeksi menjalar ke mata
dan merusak selaput bening (Astuti dan Gardjito, 1986). Apabila terjadi
defisiensi vitamin A, penderita akan mengalami rabun senja dan katarak.
Selain itu, penderita defisiensi vitamin A ini juga dapat mengalami infeksi saluran
pernafasan, menurunnya daya tahan tubuh, dan kondisi kulit yang kurang sehat
(RidwanAZ, 2010).
Pada orang dewasa yang kekurangan vitamin A dalam
waktu relatif lama akan terjadi beberapa kelainan seperti anemia (kurang
darah), kesulitan membedakan warna (buta warna), kemunduran penciuman/rasa
terhadap makanan dan akan kehilangan keseimbangan vestibular (Tarmizi,
2011).
3.1.5 Hipervitaminosis A
Kelebihan
vitamin A tidak dibuang melalui urine akan tetapi disimpan dalam sel-sel
adiposa jaringan lemak karena vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut
dalam lemak. Beberapa gejala hipervitaminosis A meliputi kulit kering dan
mengelupas, pusing, nausia, apatis. Pada anak-anak gejalanya disertai muntah,
drawaineas, bulging of the frontanelle. Hipervitaminosis A dapat menyebabkan
rontoknya rambut (Astuti dan Gardjito, 1986). Kelebihan asupan vitamin A dapat
menyebabkan keracunan pada tubuh. Bila sudah dalam kondisi akut, kelebihan
vitamin A di dalam tubuh juga dapat menyebabkan kerabunan, terhambatnya
pertumbuhan tubuh, pembengkakan hati, dan iritasi kulit (RidwanAZ, 2010).
3.2 Vitamin
D
Vitamin D merupakan vitamin yang
dapat diperoleh dari makanan atau diproduksi dari kulit manusia yang terkena
sinar matahari pagi dan sangat berperan penting dalam meningkatkan sistem
kekebalan tubuh manusia. Karena dapat disintesis didalam tubuh, vitamin D dapat
dikatakan bukan vitamin, tapi suatu prohormon (Almatsier, Tanpa tahun).
Terdapat dua bentuk vitamin D yang penting bagi manusia, yaitu vitamin D2 dan
vitamin D3. Vitamin D2 dan D3 larut dalam lemak dan pelarutnya tidak larut
dalam air, stabil terhadap panas, asam, alkali, dan oksidasi (Astuti dan
Gardjito, 1986).
3.2.1
Fungsi Vitamin D
Vitamin
D membantu tulang dan otot tumbuh menjadi kuat dan sehat. Fungsi vitamin D
sangatlah penting dalam proses pengaturan kalsium dan fosfor dalam tubuh.
1.
Membantu
absorpsi Ca dan P dari usus.
2.
Mengatur
metabolisme Ca dan P dalam tulang.
3.
Menjaga
keseimbangan perbandingan Ca dan P dalam darah. Bila perbandingan Ca dan P
dalam darah tetap, pembentukan tulang akan berjalan normal tanpa gangguan.
4.
Mencegah
terlalu banyaknya Ca dan P yang keluar bersama urine dengan cara reabsorpsi ke
dalam ginjal.
Di dalam tubuh, vitamin D dapat membentuk
struktur tulang dan gigi yang kuat. Di dalam tubuh,
vitamin D diserap di usus dengan bantuan senyawa garam empedu. Setelah
diserap, vitamin ini kemudian akan disimpan di jaringan lemak (adiposa) dalam
bentuk yang tidak aktif. Tanpa vitamin D yang cukup, tubuh kita tidak akan
mampu menyerap kalsium dengan baik sehingga memiliki tulang yang lemah. Vitamin
D adalah pro-hormon yang digunakan tubuh kita untuk mengangkut kalsium dari
pencernaan melalui darah menuju ke tulang, jantung, otak, paru-paru dan organ
lain yang memerlukannya (Anonim, 2011)..
3.2.2
Kebutuhan Vitamin D
Untuk
mencegah penyakit Inggris (Rickets), absorpsi Ca dalam usus cukup, kecepatan
pertumbuhan normal dan mineralisasi tulang berjalan normal pada bayi, asupan
vitamin D sekitar 300-400 mg/hari. Untuk dapat hidup sehat baik pada bayi,
anak-anak maupun dewasa sebaiknya dalam diet mengandung 400 mg vitamin D setiap
hari.
3.2.3
Sumber Vitamin D
Vitamin D merupakan salah satu jenis vitamin yang
banyak ditemukan pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta
produk olahannya, seperti keju (RidwanAZ, 2010). Sinar ultraviolet dari sinar
matahari merupakan sumber vitamin D yang sangat murah. Susu merupakan makanan
yang dipilih untuk difortifikasi dengan vitamin D (Astuti dan Gardjito, 1986).
Cara termudah untuk mendapatkan vitamin D dari cahaya matahari. Sinar UV
bereaksi dengan sel kulit untuk memproduksi vitamin. Dianjurkan setiap orang
untuk mendapatkan cahaya sinar matahari selama 15 menit, 2–3 kali per minggu.
Pastikan sebanyak mungkin bagian tubuh terpapar sinar matahari. Hal ini untuk
meningkatkan penyerapan vitamin D oleh kulit (Teddy, 2010).
3.2.4
Defisiensi Vitamin D
Kekurangan
vitamin D ini dapat disebabkan oleh pemaparan sinar matahari yang tidak
mencukupi maupun oleh sedikitnya vitamin D dalam makanan. Kekurangan vitamin D
selama kehamilan dapat menyebabkan osteomalacia pada ibu hamil dan rakitis pada
bayi yang akan dilahirkannya. Karena ASI tidak mengandung vitamin D dalam
jumlah yang besar, bayi yang mendapatkan ASI bisa menderita rakitis, bahkan
meskipun tinggal di daerah tropis jika bayi tidak mendapatkan sinar matahari
yang cukup. Kekurangan vitamin D bisa terjadi pada orang yang lebih tua karena
kulit mereka menghasilkan sedikit vitamin D saat terpapar sinar matahari
(Nurcahyo, Tanpa tahun).
Kejang
otot (tetani) yang disebabkan oleh rendahnya kadar kalsium bisa merupakan
pertanda awal terjadinya rakitis pada bayi. Bayi yang lebih besar mungkin akan
terlambat untuk belajar duduk dan merangkak, dan penutupan ubun-ubun (fontanel)
mengalami penundaan. Anak-anak usia 1- 4 tahun bisa memiliki kelainan lengkung
tulang belakang, kaki O (bengkok ke dalam), kaki X (bengkok ke luar) dan
terlambat berjalan. Anak-anak yang lebih tua atau remaja, akan merasakan nyeri
bila berjalan. Tulang panggul yang mendatar pada remaja putri menyebabkan jalan
lahir menjadi sempit. Pada orang dewasa kehilangan kalsium dari tulang,
terutama tulang belakang, panggul dan tungkai, menyebabkan kelemahan dan bisa
mengakibatkan terjadinya patah tulang (Nurcahyo, tanpa tahun).
3.2.5
Hipervitaminosis D
Vitamin
D termasuk vitamin yang larut dalam lemak, dan sangat diperlukan tubuh untuk
menjaga kesehatan secara umum. Tapi karena vitamin ini larut dalam lemak dan
disimpan dalam sel-sel lemak tubuh, vitamin ini bisa menjadi racun jika
dikonsumsi dalam jumlah berlebih.
Mengkonsumsi
vitamin D sebanyak 10 kali dosis harian yang dianjurkan, selama beberapa bulan,
bisa menyebabkan keracunan, yang mengakibatkan tingginya kadar kalsium dalam
darah. Gejala pertama dari keracunan vitamin D adalah hilangnya nafsu makan,
mual dan muntah, yang diikuti rasa haus yang luar biasa, meningkatnya frekuensi
berkemih, kelemahan, gelisah dan tekanan darah tinggi. Kalsium bisa diendapkan
di seluruh tubuh, terutama di ginjal, dimana bisa menyebabkan kerusakan
menetap. Fungsi ginjal akan terganggu, menyebabkan protein dibuang dalam air
kemih dan kadar urea dalam darah meningkat (Nurcahyo, tanpa tahun).
3.3 Vitamin
E
Vitamin E pertama kali diisolasi pada tahun 1936
dari minyak tepung gandum. Disebut vitamin E karena ditemukan setelah vitamin-vitamin yang sudah
ada yaitu A, B, C, dan D. Bentuk vitamin E merupakan kombinasi dari delapan
molekul yang sangat rumit yang disebut ’tocopherol’.
Tocopherol tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak seperti minyak, lemak, alkohol, aseton, eter dan sebagainya. Karena tidak larut dalam air, vitamin E dalam tubuh
hanya dapat dicerna dalam empedu hati (Shella, 2009).
Vitamin E stabil pada pemanasan namun akan rusak bila
pemanasan terlalu tinggi. Vitamin E bersifat basa
jika tidak ada oksigen dan tidak terpengaruh oleh asam
pada suhu 100o C. Bila terkena oksigen di udara, akan teroksidasi secara perlahan-lahan. Sedangkan bila terkena cahaya
warnanya akan menjadi gelap secara bertahap (Shella, 2009).
Vitamin E merupakan komponen yang terdapat dalam tanaman
dan hewan yaitu tokoferol dan tokotrienol. Ada 4 jenis tokoferol, tetapi yang
berperan sebagai vitamin E adalah tokoferol. Vitamin E larut dalam lemak, tidak
larut dalam air, stabil terhadap panas, asam maupun sinar visibel. Tokoperol
tidak stabil terhadap alkali, sinar ultra violet dan oksigen. Semua tokoperol
adalah antioksidan artinya bahwa baik di dalam maupun di luar tubuh berikatan
dengan oksigen (Astuti dan Gardjito, 1986).
3.3.1
Fungsi vitamin E
Vitamin E berguna untuk:
- Meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres, meningkatkan kesuburan, meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung koroner.
- Berperan sangat penting bagi kesehatan kulit (antioksidan), yaitu dengan menjaga, meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta mempercepat proses penyembuhan luka.
- Melindungi sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh dari kerusakan. Selain bisa melindungi dari akibat kelebihan vitamin A dan melindungi vitamin A dari kerusakan, vitamin ini juga bisa melindungi hewan dari akibat berbagai obat, bahan kimia, dan logam yang mendukung pembentukan radikal bebas
·
Vitamin E membantu menyehatkan sistem kekebalan tubuh, serta membantu
proses perbaikan DNA.
·
Berguna untuk pembuatan sel tubuh, mencegah pendarahan dan membantu
pembentukan hormon pertumbuhan.
·
Vitamin E menjaga stabilitas dan integritas membran biologis.
·
Mencegah degenerasi otot maupun susunan saraf pusat sehingga kelumpuhan
dapat dihindari.
3.3.2
Sumber vitamin E
Vitamin E mudah didapat dari bagian
bahan makanan yang berminyak atau sayuran. Vitamin E banyak terdapat pada
buah-buahan, susu, mentega, telur, sayur-sayuran, terutama kecambah. Contoh sayuran yang paling banyak
mengandung vitamin E adalah minyak biji gandum, minyak kedelai, minyak jagung, selada, kacang-kacangan, asparagus, pisang, strawberri, biji bunga matahari, buncis, ubi jalar, bayam, brokoli, kiwi, mangga dan sayuran berwarna hijau lainnya. Vitamin E
lebih banyak terdapat pada makanan segar yang belum diolah (Shella, 2009).
Satu unit setara dengan 1 mg alfa-tocopherol asetat atau dapat dianggap setara dengan 1
mg. Selain itu ASI juga banyak mengandung vitamin E untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Dalam perkembangannya, Vitamin E diproduksi dalam bentuk pil, kapsul, dan lain-lain sebagaimana vitamin-vitamin yang sudah
terlebih dahulu ada. Vitamin yang sudah dikemas dalam berbagai bentuk ini
banyak dijual bebas di pasaran serta dianggap berguna (Shella, 2009).
Vitamin E banyak
didistribusi dalam makanan, sehingga kemungkinan kekurangan Vitamin E sangatlah
kecil. Vitamin E banyak sekali terkandung dalam:
1. Ubi jalar sebanyak
4,00 miligram/100gram bahan segar
2.
Kacang Polong sebesar 2,10 miligram/100gram
3.
Nasi merah sebesar 2,40 miligram/100gram
4.
Minyak kacang sebesar 22,0 miligram/100gram
5.
Minyak kedele sebesar 140 miligram/100gram
6.
Minuak jagung sebesar 87 miligram/100gram
7.
Daging ayam sebesar 0,25 miligram/100gram
8.
Daging sapi sebesar 1,40 miligram/100gram
9. Daging domba
sebesar 0,77 miligram/100gram
3.3.3
Kebutuhan vitamin E
Kebutuhan
minimum vitamin E untuk orang dewasa tidak diketahui secara pasti, mungkin
tidak diketahui secara pasti, mungkin antara 3-6 IU per hari. Anjuran intake
tokoperol untuk bayi yang lahir dengan berat kurang adalah 3 mg atau 4,5 IU;
tokoperol per lt formula yang mengandung 3,5 % lemak (jenuh dan tidak jenuh).
ASI mengandung vitamin E yang cukup jumlahnya bagi bayi berumur dibawah 5 bulan
dan lebih dari 5 bulan. Vitamin E tidak hanya doiperoleh dari ASI tetapi juga
dari makanan lain (Astuti dan Gardjito, 1986).
Bila Anda menginginkan fungsi
vitamin E sebagai antioksidan, maka seorang perempuan membutuhkan sedikitnya
120 IU (international unit) per hari. Namun menurut catatan medis, kebanyakan
perempuan Indonesia hanya makanan yang mengandung 10.4 - 13,4 IU per hari.
Untuk mencukupi kebutuhan itu, kita bisa mengonsumsi vitamin E dan vitamin E
sintetis (dl-a tokoferol). Karena kebutuhan vitamin E kita terbatas, maka tubuh
akan segera bereaksi ketika mengalami kondisi tidak berimbang. Gejala yang
terlihat nyaris berbeda, namun cenderung samar sehingga bisa jadi sulit
dipahami (Shella, 2009).
Untuk mendapatkan manfaat yang
maksimal, pastikan Anda (yang berusia 14 ke atas) mendapatkan asupan 15
miligram atau 22.5 internasional unit (IU) per hari. Tapi, pastikan juga kalau
asupan vitamin E Anda tidak lebih dari 1.000 miligram (1.500 IU) per hari. Hal
ini untuk mencegah keracunan. Tapi, sebagian besar orang justru kesulitan
memenuhi asupan vitamin E yang direkomendasikan. Jadi, kalau tidak menggunakan
suplemen dalam dosis sangat besar, kemungkinan besar Anda tidak akan mencapai
batas maksimum ini. 20 IU alami atau 30 IU sintetik (<28th), 50 IU
(28-40th), 100 IU (>40th) per hari (Arta, 2008).
Salah satu cara menunda
penuaan di kulit adalah dengan mengonsumsi vitamin E. Vitamin E merupakan
antioksidan terkuat yang mampu mencegah kerusakan serat kolagen dan elastin
dari akibat radikal bebas, dan meningkatkan proses regenerasi dan keratinisasi
sel-sel kulit. Hasilnya, kulit kita tidak tipis dan kering karena kandungan air
tidak menguap dari kulit. Kulit terjaga elastisitasnya, dan tidak cepat
keriput.
Dari makanan dan suplemen
Satu kapsul Natur-E mengandung
100 IU vitamin E alamiah yang terbuat dari ekstrak biji gandum dan esktrak
minyak bunga matahari. Jumlah ini (satu kapsul sehari), sudah mencukupi
kebutuhan kulit wanita. Berbeda jika kita tidak mengkonsumsi suplemen.
Vitamin E juga bisa kita
peroleh dari bahan makanan, seperti kacang-kacangan, mangga, brokoli, buah
kiwi, atau bayam. Namun kandungan vitamin E yang masuk dari makanan hanya
sebesar 10-15 IU saja. Jumlah itu hanya mampu mencukupi kebutuhan gizi harian,
bukan kebutuhan kulit.
Vitamin E sendiri bisa
dikonsumsi oleh perempuan mulai usia 17 tahun. Untuk setiap tingkatan usia,
dosis yang dibutuhkan juga berbeda. Perempuan usia 17-25 tahun membutuhkan 1
soft kapsul vitamin E (100 IU), 2 kapsul untuk usia 25-35 tahun, dan 3 kapsul
untuk usia di atas 35 tahun.
3.3.4
Defisiensi Vitamin E
Gejala kekurangan:
· Ketika kadar vitamin E dalam
darah sangat rendah, sel darah merah rusak dan terbelah. Proses pembelahan sel
darah merah ini disebut hemolisis eritrodit. Kondisi ini menyebabkan gangguan
pada sistem syaraf dan otot. Gejala yang dirasakan adalah kesulitan berjalan
dan nyeri yang menetap pada otot betis.
· Kekurangan vitamin E dapat
menyebabkan sel-sel cepat rusak sehingga mempercepat proses penuaan kulit,
kerusakan saraf penggerak, kelemahan otot, serta melemahnya kelenjar gondok dan
hipofisis.
· Orang yang menderita penyakit
tertentu, misalnya penyakit hati atau celiac disease, atau yang melakukan diet
lemak terlalu rendah bisa jadi akan mengalami kekurangan vitamin E.
· Kekurangan vitamin E dapat
berkembang menjadi berbagai masalah kesehatan lain seperti neuropati perifer,
masalah penglihatan, malnutrisi karena pencernaan yang jelek, atau aritmia
jantung.
· Obat-obatan tertentu dan
beberapa vitamin lain dapat mengganggu penyerapan vitamin E. Jika vitamin E
diperoleh dari sumber makanan alami, maka risiko overdosis tidak akan terjadi.
· Bayi prematur memiliki
cadangan vitamin E yang sangat sedikit dan bisa menderita kekurangan vitamin E
bila diberi makanan yang banyak mengandung lemak tak jenuh dan sedikit
mengandung vitamin E. Lemak tak jenuh merupakan prooksidan bahan-bahan
yang mudah teroksidasi menjadi radikal bebas), yang merupakan lawan vitamin E
dan bisa menyebabkan pecahnya sel darah merah (hemolisa).
3.3.5
Hipervitaminasis E
· Keracunan dapat terjadi jika
mengonsumsi vitamin E secara berlebih. Anda akan merasakan sakit kepala, lemah
dan selalu lelah, serta pusing yang disertai gangguan penglihatan.
· Wanita hamil, atau bahkan yang
baru hamil sebaiknya memeriksa dosis asupan vitamin E dalam tubuh mereka.
Pasalnya asupan vitamin E yang terlalu tinggi pada awal kehamilan dapat
menyebabkan resiko bayi lahir dengan gangguan hati (demikian yang disampaikan
tim peneliti asal Belanda).
· Kelebihan vitamin E akan
disimpan di dalam hati.
· Hasil penelitian menunjukkan,
mereka yang mengkonsumsi vitamin E dosis tinggi beresiko hingga 70 persen
memiliki bayi dengan kelainan hati, dibandingkan yang mengkonsumsi vitamin E
lebih rendah.
· Sementara, pola diet dengan
asupan vitamin E tinggi disertai dengan suplemen yang mengandung vitamin E
meningkatkan resiko kelainan hati sejak lahir sebesar 5 hingga 9 kali lipat.
·
Vitamin E dosis tinggi yang diberikan
kepada bayi prematur untuk mengurangi resiko terjadinya retinopati,
tampaknya tidak memperlihatkan efek samping yang berarti. Pada orang dewasa,
vitamin E dosis tinggi hampir tidak menimbulkan efek samping, kecuali
meningkatnya kebutuhan akan vitamin K, yang bisa menyebabkan perdarahan pada
orang-orang yang mengkonsumsi obat antikoagulan.
3.4 Vitamin K
Vitamin
K dikenal sebagai vitamin anti pendarahan (anti hemorrhagic); berada dalam dua
bentuk yaitu vitamin K1 atau disebut phyloquinon terdapat dalam makanan
terutama sayuran dan K2 atau menaquinon, aktivitasnya ¾ nya vitamin K1 berasal
dari usus manusia. Vitamin ini disintesa oleh bakteri dalam usus. Kedua bentuk
vitamin K tidak larut dalam air, larut dalam lemak, stabil terhadap panas dan
senyawa pereduksi, tetapi sangat labil dengan asam kuat, senyawa pengoksidasi,
sinar, dan alkali alkaholik. Vitamin K yang dibuat secara sintetis bersifat
larut dalam air dan dipergunakan sebagai obat (Astuti dan Gardjito, 1986).
Kebanyakan
sumber vitamin K di dalam tubuh adalah hasil sintesis oleh bakteri di dalam
sistem pencernaan. Sumber vitamin K dalam makanan adalah hati, sayur-sayuran
berwarna hijau yang berdaun banyak, sayuran sejenis kobis (kol) dan susu
(Ridwanaz, 2010).
3.4.1
Fungsi Vitamin K
·
Vitamin
K diperlukan untuk sintesa protrombin yang digunakan untuk membekukan darah.
·
Vitamin
K juga dibutuhkan untuk pembentukan tulang.
·
Berguna
untuk menguatkan pegangan rambut pada kulit.
·
Vitamin K digunakan untuk mata lebih bersinar, hal
ini
banyak ditemukan di krim mata yang juga mengandung retinol. Vitamin K dipercaya bisa membantu mengatasi lingkar mata hitam. Pembuluh kapiler yang rentan dan bocor di sekitar daerah mata sering diakui sebagai penyebab hitamnya daerah di sekitar mata.
banyak ditemukan di krim mata yang juga mengandung retinol. Vitamin K dipercaya bisa membantu mengatasi lingkar mata hitam. Pembuluh kapiler yang rentan dan bocor di sekitar daerah mata sering diakui sebagai penyebab hitamnya daerah di sekitar mata.
·
Vitamin K, yang dikenal juga sebagai phytonadione, bisa membantu mengontrol aliran
darah.
·
Vitamin K juga berperan penting dalam pemeliharaan ginjal.
3.4.2
Sumber vitamin K
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K
terbilang cukup mudah karena selain jumlahnya terbilang kecil,
sistem pencernaan manusia sudah mengandung bakteri yang mampu mensintesis
vitamin K, yang sebagian diserap dan disimpan di dalam hati. Namun begitu, tubuh masih perlu mendapat tambahan vitamin K
dari makanan.
Meskipun kebanyakan sumber vitamin K
di dalam tubuh adalah hasil sintesis oleh bakteri di dalam sistem pencernaan,
namun Vitamin K juga terkandung dalam makanan, seperti hati,
sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak dan sayuran sejenis kobis
(kol) dan susu. Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga ditemukan pada susu
kedele, teh hijau, susu sapi, serta daging sapi dan hati. Jenis-jenis makanan
probiotik, seperti yoghurt yang mengandung bakteri sehat aktif, bisa membantu
menstimulasi produksi vitamin ini.
Sistem pencernaan dari manusia mengandung bakteri yang dapat mensintesis
vitamin K, yang sebagian diserap dan disimpan di dalam hati. Tubuh perlu
mendapat tambahan vitamin K dari makanan. Vitamin K dapat dihasilkan oleh tubuh
kita sendiri di dalam usus besar dengan bantuan bakteri Escherichia coli.
Sedangkan dalam bentuk provitamin K bisa kita jumpai pada sayuran hijau,
kedelai, kuning telur dan susu.
3.4.3
Kebutuhan Vitamin K
Kebutuhan vitamin K tiap hari belum
ditetapkan.
3.4.4
Defisiensi Vitamin K
Gejala Kekurangan:
Bayi
yang lahir prematur dan agak sukar menerima makanan, ada kecenderungan
mengalami defisiensi vitamin K. Beberapa kejadian neonatal hemarrage pada bayi
yang baru lahir, dengan memberikan vitamin K setela lahir dapat mencegah
pendarahan tersebut. Defisiensi pada orang dewasa dapat terjadi karena
obat-obatan antibiotik ada yang menghambat sintesa vitamin K di dalam usus.
Diare yang kronis dan intake minyak mineral juga dapat mengakibatkan defisiensi
vitamin K. Kemampuan hati untuk menyimpan vitamin K sangat terbatas (Astuti dan
Gardjito, 1986).
Jika
vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini dapat
meyebabkan penyakit hemoragik. Bagaimanapun, jarang terjadi kekurangan vitamin
K, hanya bayi yang mudah mengalami hal tersebut. Hal ini karena sistem
pencernaan bayi yang baru lahir masih steril dan tidak mengandung bakteri yang
dapat mensintesis vitamin K, air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil
vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir. Kekurangan
vitamin K dapat menyebabkan darah sukar berhenti jika terjadi luka, usus cepat
rusak, dan rambut mudah rontok (Asidharta, 2009).
3.4.5
Hipervitaminosis K
Gejala Kelebihan
·
Keracunan
vitamin K terjadi hanya pada orang yang menerima pengganti vitamin K larut air.
Gejala-gejalanya adalah hemolisis sel darah merah, penyakit kuning dan
kerusakan otak.
·
Kelebihan
vitamin K akan disimpan di dinding usus besar.
3.5 Vitamin
B
Secara
umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam tubuh,
terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini terkait dengan
peranannya di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang dapat
meningkatkan laju reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber
energi. Beberapa jenis vitamin yang tergolong dalam kelompok vitamin B ini juga
berperan dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). Sumber utama vitamin B
berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-sayuran hijau.
Vitamin B terdiri dari beberapa jenis, yang semuanya
disebut dengan vitamin B kompleks. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Vitamin B1
Vitamin B1, yang
dikenal juga dengan nama tiamin, merupakan salah satu jenis vitamin yang
memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu
mengkonversi karbohidrat menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas
sehari-hari. Di samping itu, vitamin B1 juga membantu proses
metabolisme protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitamin B1, kulit akan
mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik. Tubuh juga
dapat mengalami beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung, dan sistem
saraf. Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengkonsumsi banyak
gandum, nasi, daging, susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan. Bahan makanan
inilah yang telah terbukti banyak mengandung vitamin B1.
b.
Vitamin B2
Vitamin B2
(riboflavin) banyak berperan penting dalam metabolisme di tubuh manusia. Di
dalam tubuh, vitamin B2 berperan sebagai salah satu kompenen koenzim
flavin mononukleotida (flavin mononucleotide, FMN) dan flavin adenine
dinukleotida (adenine dinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan penting
dalam regenerasi energi bagi tubuh melalui proses respirasi. Vitamin ini juga
berperan dalam pembentukan molekul steroid, sel darah merah, dan glikogen,
serta menyokong pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan
kuku. Sumber vitamin B2 banyak ditemukan pada sayur-sayuran segar,
kacang kedelai, kuning telur, dan susu. Defisiensinya dapat menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh, kulit kering bersisik, mulut kering, bibir
pecah-pecah, dan sariawan.
c.
Vitamin B3
Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah
niasin. Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk
menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein. Di dalam tubuh, vitamin B3
memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi,
penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun dapat
dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah
satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi,
hati, ginjal, daging unggas, dan ikan. Akan tetapi, terdapat beberapa sumber
pangan lainnya yang juga mengandung vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain
gandum dan kentang manis. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh
mengalami kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah,
dan mual.
d.
Vitamin B5
Vitamin B5
(asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh. Hal
ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme,
seperti dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain
vitamin ini adalah menjaga komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan
otak dan memproduksi senyawa asam lemak, sterol, neurotransmiter, dan hormon
tubuh. Vitamin B5 dapat ditemukan dalam berbagai jenis variasi makanan hewani,
mulai dari daging, susu, ginjal, dan hati hingga makanan nabati, seperti
sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan B2, defisiensi
vitamin B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain
itu, gangguan lain yang akan diderita adalah keram otot serta kesulitan untuk
tidur.
e.
Vitamin B6
Vitamin B6,
atau dikenal juga dengan istilah piridoksin, merupakan vitamin yang esensial
bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim
A yang digunakan tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam
lemak, seperti spingolipid dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga
berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh.
Vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena
vitamin ini banyak terdapat di dalam beras, jagung, kacang-kacangan, daging,
dan ikan. Kekurangan vitamin dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kulit pecah-pecah,
keram otot, dan insomnia.
f.
Vitamin B12
Vitamin B12
atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus diproduksi oleh
hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering kali
mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin ini banyak
berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga termasuk
dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel
saraf, pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah. Telur,
hati, dan daging merupakan sumber makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan
vitamin B12. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan anemia
(kekurangan darah), mudah lelah lesu, dan iritasi kulit.
3.5.1
Fungsi Vitamin B
a.
Vitamin B1
Berperan penting
dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu mengkonversi karbohidrat menjadi
energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari
b.
Vitamin B2
Berperan dalam
pembentukan molekul steroid, sel darah merah, dan glikogen, serta menyokong
pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan kuku.
c.
Vitamin B3
Vitamin B3 memiliki
peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi, penyembuhan
migrain, dan vertigo.
d.
Vitamin B5
Peranan lain vitamin
ini adalah menjaga komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otak dan
memproduksi senyawa asam lemak, sterol, neurotransmiter, dan hormon tubuh.
e.
Vitamin B6
Vitamin ini berperan
sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk menghasilkan
energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid dan fosfolipid.
Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi
antibodi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing
yang berbahaya bagi tubuh.
f.
Vitamin B12
Vitamin ini banyak berperan dalam metabolisme energi
di dalam tubuh.
3.5.2
Kebutuhan Vitamin B
a.
Vitamin B1
RDA untuk thiamin
adalah 0,5 mg/1000 kkal perhari. Diperkirakan konsumsi rata-rata makanan per
hari sekitar 2000 kkal/orang, jadi RDA untuk thiamin sekitar 1 mg perhari.
Makanan yang seimbang akan memberikan cukup thiamin. Orang yang berpuasa atau
melakukan diet harus memastikan bahwa mereka mendapat sejumlah thiamin yang
sama seperti dalam 2000 kkalori makanan.
b.
Vitamin B2
RDA untuk riboflavin adalah 0,6 mg/1000 kkal perhari.
Jadi sekitar 1,2 mg perhari untuk 2000 kkal diet. Anak-anak dan wanita hamil
membutuhkan tambahan riboflavin karena vitamin ini penting untuk pertumbuhan.
c.
Vitamin B3
RDA untuk niacin adalah 6,6 mg NE (niacin
equivalents)/ 1000 kkal, atau 13 mg perhari. NE merupakan jumlah niasin yang
diperoleh dalam makanan, termasuk niacin yang secara teori dibuat dari prekusor
asam amino triptophan. 60 mg
triptophan dapat menghasilkan 1 mg niacin.
d.
Vitamin B5
Tidak ada RDA untuk asam pantotenat. Diperkirakan
konsumsi yang aman dan cukup adalah antara 4 sampai 7 mg perhari.
e.
Vitamin B6
Koenzim vitamin B6 berperan penting dalam metabolisme
asam amino, sehingga konsumsi sehari-hari harus sebanding dengan konsumsi
protein, karena protein dibuat dari asam amino. RDA untuk vitamin B6 adalah
0,16 mg/g protein. Rata-rata konsumsi adalah 2 mg/hari untuk pria dan 1,6
mg/hari untuk wanita.
f.
Vitamin B12
RDA untuk vitamin B12 adalah sekitar 2 mikro-gram perhari.
3.5.3
Sumber Vitamin B
a.
Vitamin B1
Sumber yang mengandung vitamin B1 adalah gandum,
daging, susu, kacang hijau, ragi, beras, telur, dan sebagainya
b.
Vitamin B2
Sumber yang mengandung vitamin B2 adalah sayur-sayuran
segar, kacang kedelai, kuning telur, susu, dan banyak lagi lainnya.
c.
Vitamin B3
Sumber yang mengandung vitamin B3 adalah buah-buahan,
gandum, ragi, hati, ikan, ginjal, kentang manis, daging unggas dan sebagainya
d.
Vitamin B5
Sumber yang mengandung vitamin B5 adalah daging, susu,
sayur mayur hijau, ginjal, hati, kacang ijo, dan banyak lagi yang lain
e.
Vitamin B6
Sumber yang mengandung vitamin B6 = kacang-kacangan,
jagung, beras, hati, ikan, beras tumbuk, ragi, daging, dan lain-lain.
f.
Vitamin B12
Sumber yang mengandung vitamin B12 adalah telur, hati,
daging, dan lainnya
3.5.4 Defisiensi Vitamin B
a. Vitamin B1
Penyakit yang
ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B1 = kulit kering/kusik/busik, kulit
bersisik, daya tahan tubuh berkurang.
b. Vitamin B2
Penyakit yang
ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B2 = turunnya daya tahan tubuh, kilit
kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, sariawan, dan sebagainya.
c. Vitamin B3
Penyakit yang
ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B3 = terganggunya sistem pencernaan, otot
mudah keram dan kejang, insomnia, bedan lemas, mudah muntah dan mual-mual, dan
lain-lain
d. Vitamin B5
Penyakit yang
ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B5 = otot mudah menjadi kram, sulit
tidur, kulit pecah-pecah dan bersisik, dan lain-lain
e. Vitamin B6
Penyakit yang
ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B6 = pelagra alias kulit pecah-pecah,
keram pada otot, insomnia atau sulit tidur, dan banyak lagi lainnya.
f. Vitamin B12
Penyakit yang
ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B12 = kurang darah atau anemia, gampang
capek/lelah/lesu/lemes/lemas, penyakit pada kulit, dan sebagainya
3.6 Vitamin C
Vitamin
C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di dalam
tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan
protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong
lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal
berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan
sifatnya yang mampu menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu
menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko timbulnya berbagai penyakit
degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan. Selain itu, vitamin C berperan
dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di dalam tubuh,
seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan luka saat terjadi
pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme
patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran
tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit. Defisiensi vitamin C
juga dapat menyebabkan gusi berdarah dan nyeri pada persendian. Akumulasi
vitamin C yang berlebihan di dalam tubuh dapat menyebabkan batu ginjal,
gangguan saluran pencernaan, dan rusaknya sel darah merah.
3.6.1
Fungsi Vitamin C
Fungsi vitamin C
banyak sekali,mencapai 300 fungsi,fungsi dasarnya meningkatkan daya tahan tubuh
dari serangan penyakit,dan membantu penyembuhan tubuh.fungsi utama dari vitamin
C sebagai antioksidan yaitu menetralkan racun dan radikal bebas dalam darah
maupun cairan sel tubuh.dengan cara ini peran vitamin c mencegah terjadinya
oksidasi kolesterol LDL dan mencegah tersumbatnya pembuluh darah sehingga tidak
menyebabkan hypenrtensi dan penyakit jantung.juga menjaga kesehatan paru-paru
karena menetralkan radikal bebas yang masuk melalui pernafasan.
Vitamin c juga meningkatkan
sel-sel darah putih yang dapat melawan infeksi sehingga flu sembuh lebih
cepat,membantu mengaktifkan asam folat,meningkatkan penyerapan zat besi
sehingga mencegah anemia,meregenerasi vitamin E sehingga bisa dipakai lagi
sebagai anti-oksidan.Vitamin c ada yang alami juga ada yang sintetik.asal
keduanya berbentuk L-ascorbic acid dan tidak memiliki perbedaan kinerja pada
keduanya.
3.6.2
Kebutuhan Vitamin C
RDA untuk vitamin C adalah 60 mg/hari, tapi hal ini
bervariasi pada setiap individu. Stres fisik seperti luka bakar, infeksi,
keracunan logam berat, rokok, penggunaan terus-menerus obat-obatan tertentu
(termasuk aspirin, obat tidur) meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin C.
Perokok membutuhkan vitamin C sekitar 100 mg/hari.
Kebutuhan
harian vitamin untuk masing-masing usia adalah:
Tingkatan
|
Usia
|
Laki-laki (mg/hari)
|
Perempuan (mg/hari)
|
Bayi
|
0-6
bulan
|
40
|
40
|
Anak-anak
|
1-3
tahun
|
15
|
15
|
Anak-anak
|
4-8
tahun
|
25
|
25
|
Anak-anak
|
9-13
tahun
|
45
|
45
|
Remaja
|
14-18
tahun
|
75
|
65
|
Dewasa
|
19
tahun ke atas
|
90
|
75
|
Wanita
hamil
|
-
|
-
|
85
|
3.6.3
Sumber Vitamin C
Sumber yang mengandung vitamin C adalah jambu klutuk
atau jambu batu, jeruk, tomat, nanas, sayur segar, dan lain sebagainya
3.6.4
Defisiensi Vitamin C
Penyakit yang
ditimbulkan akibat kekurangan vitamin C = mudah infeksi pada luka, gusi
berdarah, rasa nyeri pada persendian, dan lain-lain.
BAB IV
PENUTUP
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik
amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme
setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin larut dalam
air adalah vitamin yang hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya
akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh
tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke
seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang
tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin
larut air secara terus-menerus.
Vitamin yang larut dalam air terdiri dari vitamin
B dan vitamin C. Kedua vitamin ini diberi nama berdasarkan label dari
tabung-tabung percobaan pada saat vitamin tersebut ditemukan. Selanjutnya
diketahui bahwa tabung percobaan dengan vitamin B ternyata mengandung lebih
dari satu vitamin, yang kemudian diberi nama B1, B2 dst. Kedelapan vitamin B
berperan penting dalam membantu enzim untuk metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein, dan dalam pembuatan DNA dan sel-sel baru.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,
Sunita. Tanpa Tahun. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Anonim,
2008. Vitamin A lebih dari Sekadar Mencegah Kebutaan. (Online), (http://klipingut.wordpress.com/2008/01/05/vitamin-a-lebih-dari-sekadar-mencegah-kebutaan/ diakses 7 september 2011.
Anonim.
2011. Vitamin D.(Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin_D, diakses 9 September 2011.
Anonim. 2011. Vitamin
E. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin_E, diakses tanggal 6 September 2011)
Arta, Katherine. 2008. Kebutuhan Vitamin
Sehari. (Online), (http://katherinearta.wordpress.com/2008/02/07/kebutuhan-vitamin-sehari/ diakses 7 September 2011).
Asidharta. 2009. Vitamin
K. (Online), (http://asidharta.blogspot.com/2009/04/vitamin-k.html, diakses tanggal 6 September 2011)
Astuti,
M dan Gardjito, M. 1986. Pangan dan Gizi. Yogyakarta: UGM Press.
Ikatan dokter indonesia. 2010. Pengertian dan Definisi Vitamin - Fungsi, Guna, Sumber, Akibat Kekurangan, Macam dll. (online), (http://dranak.blogspot.com/2010/05/pengertian-dan-definisi-vitamin-fungsi.html, diakses 7 september 2011)
Nurcahyo.
Tanpa tahun. Kekurangan, Kelebihan Vitamin D. (Online), (http://www.indonesiaindonesia.com/f/11128-kekurangan-kelebihan-vitamin-d/, diakses 9 September 2011.
RidwanAZ.
2010. Pengertian Vitamin, Jenis-jenis Vitamin, Sumber-sumber Vitamin. (Online),
(http://www.ridwanaz.com/kesehatan/pengertian-vitamin-jenis-jenis-vitamin-sumber-sumber-vitamin/, diakses 7 September 2011).
Riwanaz. 2011. Pengertian vitamin, jenis-jenis vitamin, dan sumber vitamin. (online), (http://ridwanaz.com/kesehatan/pengertian-vitamin-jenis-jenis-vitamin-sumber-sumber-vitamin/ diakses 7 september 2011)
Shella. 2009. Vitamin
E.(Online), (http://shella.blog.uns.ac.id/2009/04/28/vitamin-e/, diakses tanggal 6 September 2011)
Tarmizi. 2011. Menaksir Kebutuhan Vitamin.
(online), (http://tarmiziblog.blogspot.com/2011/02/menaksir-kebutuhan-vitamin.html, diakses 7 September 2011.
Teddy, Mulya. 2010. Fungsi Vitamin D. (online), (http://teddy.blog.uns.ac.id/tag/fungsi-vitamin-d/, diakses 9 September 2011.